Pahami nasihat dokter berikut ini :
Dewasa ini telah tersedia vaksin human papilloma virus (HPV). Virus ini dapat menimbulkan kanker leher rahim (serviks) dan kutil kelamin (kondiloma). Infeksi HPV dapat dicegah dengan vaksin HPV sehingga risiko timbulnya kanker serviks dan kutil kelamin dapat diturunkan.
Setelah terinfeksi HPV perlu waktu sekitar 20 tahun untuk menjadi kanker serviks. Nah, pada masa ini terbuka kesempatan untuk mengetahui perubahan pada mukosa serviks dengan menjalani pap smear. Vaksinasi HPV sangat dianjurkan pada remaja putri yang belum melakukan hubungan seksual karena daya lindungnya akan amat baik. Namun, bagi yang sudah melakukan hubungan seksual, vaksin ini masih bermanfaat meski tak sebaik yang belum melakukan hubungan seksual.
Di Amerika Serikat, vaksin HPV quadrivalen juga dianjurkan bagi remaja laki-laki untuk mengurangi risiko penyakit kutil kelamin yang juga merupakan masalah kesehatan di dunia. Jika vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks, maka pap smear untuk deteksi dini jika ada kelainan (termasuk keadaan prakanker) di serviks.
Perempuan yang telah menikah (berhubungan seksual) meski sudah divakinasi HPV tetap dianjurkan menjalani pap smear secara berkala. Namun di negeri kita, program pap smear baru dijalani sekitar 5 persen dari jumlah perempuan yang seharusnya menjalaninya.
Kita bersyukur pemerintah sudah memasukkan vaksinasi hepatitis B dalam program imunisasi anak sehingga setiap anak Indonesia mendapat kesempatan untuk memperoleh vaksinasi ini. Namun, cukup banyak remaja dan orang dewasa yang belum mempunyai kekebalan terhadap hepatitis B sehingga perlu divaksinasi.
Meski tidak termasuk dalam program, mereka dapat menjalani vaksinasi dengan biaya sendiri. Biaya vaksinasi hepatitis B dibandingkan dengan terapi hepatitis B apalagi terapi sirosis hati dan kanker hati relatif murah. Vaksinasi hepatitis B maupun HPV dapat diperoleh di praktik dokter dan rumah sakit.
Kita harus mengubah sikap tidak hanya peduli pada terapi, tetapi juga memerhatikan pencegahan penyakit. Setiap keluarga Indonesia hendaknya membekali diri dengan pemahaman mengenai pencegahan penyakit serta mengamalkannya.
Dewasa ini telah tersedia vaksin human papilloma virus (HPV). Virus ini dapat menimbulkan kanker leher rahim (serviks) dan kutil kelamin (kondiloma). Infeksi HPV dapat dicegah dengan vaksin HPV sehingga risiko timbulnya kanker serviks dan kutil kelamin dapat diturunkan.
Setelah terinfeksi HPV perlu waktu sekitar 20 tahun untuk menjadi kanker serviks. Nah, pada masa ini terbuka kesempatan untuk mengetahui perubahan pada mukosa serviks dengan menjalani pap smear. Vaksinasi HPV sangat dianjurkan pada remaja putri yang belum melakukan hubungan seksual karena daya lindungnya akan amat baik. Namun, bagi yang sudah melakukan hubungan seksual, vaksin ini masih bermanfaat meski tak sebaik yang belum melakukan hubungan seksual.
Di Amerika Serikat, vaksin HPV quadrivalen juga dianjurkan bagi remaja laki-laki untuk mengurangi risiko penyakit kutil kelamin yang juga merupakan masalah kesehatan di dunia. Jika vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks, maka pap smear untuk deteksi dini jika ada kelainan (termasuk keadaan prakanker) di serviks.
Perempuan yang telah menikah (berhubungan seksual) meski sudah divakinasi HPV tetap dianjurkan menjalani pap smear secara berkala. Namun di negeri kita, program pap smear baru dijalani sekitar 5 persen dari jumlah perempuan yang seharusnya menjalaninya.
Kita bersyukur pemerintah sudah memasukkan vaksinasi hepatitis B dalam program imunisasi anak sehingga setiap anak Indonesia mendapat kesempatan untuk memperoleh vaksinasi ini. Namun, cukup banyak remaja dan orang dewasa yang belum mempunyai kekebalan terhadap hepatitis B sehingga perlu divaksinasi.
Meski tidak termasuk dalam program, mereka dapat menjalani vaksinasi dengan biaya sendiri. Biaya vaksinasi hepatitis B dibandingkan dengan terapi hepatitis B apalagi terapi sirosis hati dan kanker hati relatif murah. Vaksinasi hepatitis B maupun HPV dapat diperoleh di praktik dokter dan rumah sakit.
Kita harus mengubah sikap tidak hanya peduli pada terapi, tetapi juga memerhatikan pencegahan penyakit. Setiap keluarga Indonesia hendaknya membekali diri dengan pemahaman mengenai pencegahan penyakit serta mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar