Atasi Kejang Anak karena Demam.
Berkaitan dengan Demam yang hampir semua balita mengalaminya dan terdengar sangat familiar di telinga kaum awam sekalipun, namun jangan sekali - kali memandang remeh kasus ini. Komplikasi yang nyata dan memiliki resiko cukup tinggi sebagai akibat dari demam adalah bangkitnya Kejang pada anak, sering juga disebut dengan Kejang Demam ” febrile convulsion”.
Panik itu hal pertama yang alan dirasakan,ibu mana yang tenang melihat anaknya kejang-kejang.Tapi dalam ini tidak usah berlebihan,lakukan hal yang cukup sederhana dan aman.
Lalu Bagaimana Penanganan Awal yang kita lakukan jika menghadapi anak dengan kejang demam?
1. Tidurkan anak pada tempat yang rata, nyaman, dan aman. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya cidera pada klien.
2. Bebaskan jalan napas anak, dengan melonggarkan atau melepaskan pakaiannya Karena pada saat terjadinya kejang, metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen pada klien akan meningkat., yang berakibat pada meningkatnya panas tubuh, melepaskan pakaian bertujuan untuk memaksimalkan proses pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan.
3. Tidurkan anak pada posisi terlentang, berikan spatel lidah diantara gigi anak untuk menghindari dari trauma, baik itu trauma/luka lidah, gigi dah bibir anak.
4. Posisikan anak miring kiri dengan posisi kepala fleksi, untuk mencegah :
a. Aspirasi lidah, sehingga jalan napas anak tetap paten
b. Tersedak pada anak, sebab dalam kondisi demam otak menstimulus untuk memproduksi air ludah lebih banyak. Jika keluaran air ludah maupun cairan lain pada anak terlalu banyak dan beresiko mengganggu bersihan jalan napas anak, maka dapat dilakukan tindakan suction.
c. Aspirasi lambung atau masuknya cairan lambung ke dalam trakea, yang dapat berakibat pada berhentinya napas anak (dipsnea). Secara anatomi kantong lambung berada di sebelah kiri, ketika anak diposisikan miring kiri, maka cairan lambung akan lebih sukar keluar dan masuk dalam paru - paru.
5. Hindari tindakan merestren klien (memfiksasi anak, dengan membuat ikatan pada tangan dan kaki sehingga anak tidak dapat bergerak), sebab tindakan restren dapat menimbulkan cidera pada anak dengan kejang. Hal yang dapat kita lakukan adalah memegangi kedua tangan klien, tanpa melakukan tindakan melawan tetapi mengikuti gerakan otot skelet atau gerakan anak saat kejang.
6. Lakukan tindakan kolaborasi dengan pemberian diazepam melalui intravena/suntik dengan dosis 0,3-0.5 mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20mg. Bila kejang berhenti sebelum obat habis hentikan penyuntikan, lanjutkan dengan fenobarbitol diberikan langsung setelah kejang berhenti. Jika kesulitan memberikan obat anti kejang melali intravena, pemberian obat paling efektif yaitu melalui supositureal (hanya untuk Paramedis atau orang yang tahu pengobatan)
7. Pantau tingkat kesadaran dan TTV dari anak, jika anak tidak sadarkan diri setelah terjadinya kejang selama 5 – 10 menit merupakan hal yang normal, sebab kejang menguras banyak tenaga. Saat anak sadar, kita harus segera orientasikan anak dengan lingkungan, sebab pada saat kejang ada beberapa memori dari anak yang akan hilang ( hal ini boleh dilakukan orang yang mengetahui seluk beluk pengobatan,perawat atau bidan)
8. Jika kejang berhenti, lakukan kembali water tepid sponging atau kompres hangat pada anak untuk menurunkan demamnya dan mencegah resiko kejang berulang.
Lakukan yang sederhana dan aman,bila berlanjut segera hubungi paramedis terdekat.
Semoga Bermanfaat.
www.asihcla-10.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar